Selasa, 03 Maret 2020

Bergantungnya Hati

Saya dan keluarga mengalami kecelakaan di tahun 2014, Alhamdulillah saya dan keluarga selamat.

Jadi, akibat kecelakaan ini, paha kiri saya patah, tangan kiri patah, jari kaki diamputasi.

Setelah dioperasi, saya hanya bisa berbaring dan tidur selama tiga bulan.

Saya menabung banyak hal sebelumnya, IPK yg bagus, Pengalaman organisasi, sertifikat asisten dll. Saya ingin ke Perusahaan Migas karena saya tahu bahwa gajinya akan besar.

Ketika saya terbaring di kasur, rasanya Ijazah IPK tdk ada apa-apanya.

Saya menangis dan berkata dalam hati saya, saya punya siapa?
Saya Punya Allah.

Maka saya pasrahkan rezeki saya pekerjaan saya kepada Allah SWT. Saya pasrah pasrahnya kpd Allah SWT

Seperti jodoh, banyak yg Sholeh, keren, kaya, pintar, namun blm juga menikah.

Saya salah menggantungkan rezeki kpd IPK Ijazah dll. Hanya kpd Allah SWT, karena rezeki itu bukan dari IPK tapi dari Allah SWT.

IPK adalah jalan utk ikhtiar rezeki.
Jalani dg baik di jalan yg Allah SWT Ridhoi berdoa maka yakin bahwa rezeki TDK akan tertukar.

Ada Allah Yang Tidak Tidur

Anggrek yg menangis

Setelah sekian lama kemana mana bersama dia, akhirnya liburan kuliah tiba. Kami pulang ke kampung masing-masing.

Selama di kampung, kami masih berhubungan, sering sekali SMS an.

Malah sering SMS saat bersamaan. Jadi, kami tetap terhubung meski berjauhan jarak.

Ketika kembali kuliah, kami duduk di lobby Fakultas. Dia masuk ke dalam, aku punya firasat bahwa dia ingin aku masuk ke dalam.

Kami bertemu di dalam. Aku memberikannya anggrek, dia memberikan ku papan ujian.

Akhirnya ku katakan bahwa aku tak bisa bersamamu dekat sprti dulu, yg kita lakukan ini mengundang fitnah. Aku khwtr org ketiganya adalah syaitan.

Dia sedih menerima itu. Namun anggrek itu mnjd tanda perpisahan kami.

Kata org
Kalau memberikan anggrek kpd perempuan akan pertanda putus atau terpisah.

Itu aku alami, sudah suratan Takdir, dan sampai sekarang meski ia telah menikah dan dikaruniai dua anak. Kami tetap berhubungan baik.

See u again on the next moment

Selepas Dhuha di Teras Musholla

Suatu ketika, setelah saya sholat Dhuha. Saya keluar ke teras Musholla.
Saya melihat seorang perempuan duduk sendiri, dia non muslim namun biasa baginya duduk di sekitar kami.

Saya menyapanya,
Teman mu mana?

Dia pergi meninggalkan aku, ujarnya.

Saya berkata,
Aku mau menemani mu sampai kamu punya teman, tapi aku punya permintaan, blm ada perempuan yg menjaga hatiku yg terdalam

Dia tak berkata, dia hanya tersenyum dan mengangguk.

Akhirnya kami kemana mana bersama, selagi di kampus.

Tak ada yg memisahkan obrolan kami kecuali tidur, habis pulsa. Selalu saja ada obrolan dgnya. Mau hal penting maupun hal biasa.

Aku tak pernah bertemu yg sprti dia sebelumnya. Dia perempuan yg jujur.

Yg saling menjaga satu sama lain, saling perhatian, dan akhirnya kami berpisah.