Evaluasi tahap ketiga perlu dilakukan jika ditemukan kekurangan
atau non compliant dari evaluasi Tahap Satu (tier 1) dan
dua (tier 2). Prosedur tahap ketiga ini (detail evaluasi) dapat
dilakukan dengan memilih salah satu prosedur, yaitu dinamis linear atau statis
nonlinear atau dinamis non linear. Evaluasi ini dilakukan jika gedung memiliki
salah satu dari karakteristik berikut :
1.
Tinggi
gedung melebihi 30,48 m.
2.
Rasio
dimensi horizontal gedung di salah satu tingkat melebihi 1,4 kali dimensi horizontal tingkat yang berdekatan.
3.
Perhitungan
simpangan sepanjang sisi gedung, jika diafragma di atasnya kaku, lebih dari
150% rata – rata simpangan tingkat (ketidakteraturan kekakuan torsi).
4.
Rata
– rata simpangan di suatu tingkat lebih dari 150% simpangan tingkat di atas
atau di bawahnya (ketidakteraturan kekakuan vertikal).
5.
Sistem
penahan gaya lateral yang non-ortogonal.
Evaluasi dilakukan dengan analisa nonlinear yang disebut analisis beban
dorong statik (pushover) yang dibantu perangkat lunak ETABS atau SAP.
Hasil analisis pushover dapat menunjukkan mode keruntuhan struktur.
Analisis pushover ialah
cara analisis statik dua atau tiga dimensi linear atau non linear dimana
pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban
statik yang menangkap pusat massa pada masing-masing lantai, nilainya
ditingkatkan berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya
pelelehan sendi plastis pertama pada gedung, kemudian peningkatan beban lebih
lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai
kondisi plastis (Catur,
2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar