Senin, 19 Juni 2017

Tipe Bangunan (Building Type) menurut FEMA 310




FEMA 310 mengklasifikasikan tipe-tipe  bangunan ke dalam 15 kategori,  yaitu  sebagai  berikut :
1.      Wood Light Frames (Rangka/Portal kayu ringan)
2.      Wood Frames, Commercial and Industrial (Portal kayu, komersial dan industri)
3.      Steel Moment Frame (Portal baja pemikul momen)
4.      Steel Brace Frame (Portal baja diperkaku)
5.      Steel Light Frame (Portal baja ringan)
6.      Steel Frames with Concrete Shear Wall (Portal baja diperkaku)
7.      Steel Frames with Infill Masonry Shear Wall (Portal baja diperkaku)
8.      Concrete Moment Frame (Portal beton bertulang pemikul momen)
9.      Concrete Shear Wall Building (Beton bertulang dengan dinding geser)
10.  Concrete Frames with Infill Masonry Shear Wall (Portal beton bertulang dengan dinding pengisi geser)
11.  Precast/Tilt-Up Concrete Shear Wall Building (Bangunan beton bertulang pracetak dengan dinding geser)
12.  Precast  Concrete  Frame (Portal beton pracetak)
13.  Reinforced Masonry Bearing Wall Building with Flexible Diaphragms (Bangunan yang diperkuat dinding pengisi sebagai dinding pendukung dengan diafragma fleksibel)
14.  Reinforced Masonry Bearing Wall Building with Stiff Diaphragms (Bangunan yang diperkuat dinding pengisi sebagai dinding pendukung dengan diafragma kaku)
15.  Reinforced Masonry Bearing Wall Building (Bangunan dengan dinding pengisi bertulang sebagai dinding pendukung)

ANALISIS TAHAP KEDUA FEMA 310



Prosedur statis linear dilakukan untuk gedung yang simetris, sedangkan untuk prosedur dinamis harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Bangunan yang lebih tinggi dari 100 ft (30,48 m)
2.      Bangunan dengan ketidakteraturan massa, kekakuan atau geometrik.
Prosedur spesial digunakan untuk jenis bangunan berdinding pendukung (bearing wall) dengan dinding pengisi bata (masonry) tak bertulang serta dengan diafragma yang fleksibel. Analisis statik ekivalen dan dinamis dapat dibantu dengan software ETABS atau SAP untuk mempermudah proses analisis di tahap kedua ini.

EVALUASI TAHAP KEDUA FEMA 310



Evaluasi tahap kedua dapat dilakukan jika evaluasi tahap pertama (tier 1) telah selesai dilakukan. Evaluasi tahap dua secara keseluruhan perlu dilakukan jika bangunan dinyatakan ‘T2’ pada Tabel 2.6 FEMA 310. Desain professional dapat melakukan evaluasi hanya pada pernyataan yang non compliant (tidak memenuhi)  di Evaluasi Tahap Satu (tier 1). 
Evaluasi tahap kedua dilakukan dengan memilih salah satu metode analisis linear sebagai berikut :
1.    Prosedur statis linear (analisis statik ekivalen)
2.    Prosedur dinamis linear dibagi menjadi dua :
a.       Analisis ragam respon spektrum
b.      Analisis respon dinamik riwayat waktu
3.    Prosedur khusus (special)
Kekurangan (deficiencies) yang ditemukan di evaluasi tahap kedua ini menjadi alasan untuk dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Alternatif yang diizinkan ialah menghentikan investigasi dan melaporkan kekurangan yang didapat dari evaluasi tahap kedua.
Analisis statik ekivalen ialah suatu cara analisis statik tiga dimensi dengan meninjau beban-beban gempa statik ekivalen, sehubungan dengan sifat struktur bangunan gedung beraturan yang praktis berprilaku sebagai struktur dua dimensi. Respon dinamiknya hanya ditentukan oleh respon ragam yang pertama dan dapat ditampilkan sebagai akibat dari beban gempa statik ekivalen (Catur, 2009).
Analisis ragam respon spektrum ialah analisis menentukan respon dinamik struktur banguna gedung tiga dimensi yang berperilaku elastis terhadap pengaruh suatu gempa. Respon dinamik total struktur bangunan gedung didapat sebagai superposisi dari respon dinamik maksimum masing - masing ragamnya (Catur, 2009).

Evaluasi Tahap Ketiga FEMA 310




 Evaluasi tahap ketiga perlu dilakukan jika ditemukan kekurangan atau non compliant dari evaluasi Tahap Satu (tier 1) dan dua (tier 2). Prosedur tahap ketiga ini (detail evaluasi) dapat dilakukan dengan memilih salah satu prosedur, yaitu dinamis linear atau statis nonlinear atau dinamis non linear. Evaluasi ini dilakukan jika gedung memiliki salah satu dari karakteristik berikut :
1.             Tinggi gedung melebihi 30,48 m.
2.             Rasio dimensi horizontal gedung di salah satu tingkat melebihi 1,4 kali  dimensi horizontal tingkat yang berdekatan.
3.             Perhitungan simpangan sepanjang sisi gedung, jika diafragma di atasnya kaku, lebih dari 150% rata – rata simpangan tingkat (ketidakteraturan kekakuan torsi).
4.             Rata – rata simpangan di suatu tingkat lebih dari 150% simpangan tingkat di atas atau di bawahnya (ketidakteraturan kekakuan vertikal).
5.             Sistem penahan gaya lateral yang non-ortogonal.
Evaluasi dilakukan dengan analisa nonlinear yang disebut analisis beban dorong statik (pushover) yang dibantu perangkat lunak ETABS atau SAP. Hasil analisis pushover dapat menunjukkan mode keruntuhan struktur.
Analisis pushover ialah cara analisis statik dua atau tiga dimensi linear atau non linear dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban statik yang menangkap pusat massa pada masing-masing lantai, nilainya ditingkatkan berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan sendi plastis pertama pada gedung, kemudian peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai kondisi plastis (Catur, 2009).