Bismillahirrahma nirrahim….
Kali ini di kesempatan ini saya akan bercerita tentang mimpi atau
cita-cita saya dulu sekali saat saya masih kecil (sekitar umur 4 sampai dengan
5 tahun) sampai yang terjadi pada saat ini. dulu sekali saat berusia 4 sd 5
tahun, saya menonton film Si Doel Anak Sekolahan, saya melihat Si Doel ke rumah
Sarah dan mainan adik sarah rusak, Si Doel yg merupakan calon Insinyur
memperbaiki mainan itu. Wah, keren ya kalau jadi Insinyur, saya berpikir, memutuskan
dan mengatakan kalau saya mau jadi insinyur agar bisa membantu nenek. Hanya itu
yang ada di benak saya pada waktu itu, tidak terpikir mau jadi Insinyur akan
seperti apa perjalanannya, rintangannya dan lainnya apapun itu tahapan
prosesnya.
Itulah cita-cita saya saat berumur 5 tahun. Waktu berlalu sampai
akhirnya saya masuk SD dan bersekolah, saya rasa saya masih ingin menjadi
Insinyur saat itu. Berlanjut sampai ke MTsN. Saya mengikuti kegiatan pramuka,
ketika kami berkumpul dengan Kakak Pembina, salah seorang diantaranya bertanya
“ Apa cita-cita kamu? “, saya jawab “ Insinyur”. Sampai beberapa kali kami
bertemu, sering ditanya, “ siapa yg cita-citanya Insinyur ?“ saya jawab “ siap
saya Kak”.
Begitulah hal itu terjadi beberapa kali, terutama saat masih di
kelas 1 dan 2 MTsN. Waktu berlalu dan berlanjut cerita di SMA. Di SMA saat
kelas 1, saya menceritakan cita-cita saya adalah dokter di mata pelajaran
bahasa Inggris. Namun lucunya saat di kelas 3 mata pelajaran Bahasa Indonesia,
saya 10 tahun ke depan. Tahukah kamu apa yg saya tulis dan saya ceritakan?
Saya menceritakan bahwa saya akan menjadi Insinyur, saat malam
begadang, istri akan menemani dan punya beberapa orang anak yang baik sholeh
sholehah. Cerita itu mengundang tawa dan saya demam besoknya.
Tapi Ayah saya terutama, lebih menginginkan saya menjadi seorang
dokter atau tenaga medis. Ya….begitulah harapan orang tua saya. Saya mengikuti
PBUD ke UNRI utk program studi kedokteran dan teknik sipil, dan yang terjadi
adalah saya failed (gagal) dan tidak lulus. Akhirnya saya mengambil jalur SPMB
(tahun 2007 disebut itu), saya dibelikan buku-buku Bank Soal Tes SPMB. Saya
berlatih, hari demi hari terus maju terus berlatih. Kalau orang lain BIMBEL, saya
belajar sendiri saja. Paling tidak dengan begini bisa menghemat biaya, itulah
yang ada di benak saya pada waktu itu.
Saya dan seorang teman berangkat ke Pekanbaru untuk mendaftar, saya
ambil IPA dan teman saya IPA dan IPS. Menginap di rumah paman si teman ini.
Alhamdulillah urusan lancar dan sukses. Kalau tidak salah seminggu sd dua
minggu kemudian, kami ke Pekanbaru lagi untuk menghadapi ujian SPMB.
Sekitar sebulan kemudian hasil tes keluar dan cek nya dilakukan
melalui Internet, saya masukkan no ujian saya dan keluar hasilnya saya lulus di
program studi teknik sipil. Sebelum ujian SPMB, saya memilih program studi
kedokteran sebagai pilihan pertama dan teknik sipil pilihan kedua.
Alhamdulillah saya lulus, padahal banyak yg ikut tes namun tidak lulus, termasuk
teman yg bersama ke Pekanbaru, apalagi saya menginap di rumah pamannya.
Alhamdulillahirabbil a’lamin, begitulah jalan hidup ini. tak semua orang lulus
SPMB dan kesuksesan hidup dan rezeki punya jalan yg bisa saja tak sejalan
dengan pendidikan dan pangkat jabatan seseorang. Umur, rezeki, jodoh, itu semua
sudah diatur dan punya ukurannya masing-masing.
Selanjutnya saya melanjutkan tahapan baru dalam hidup saya, saya
kuliah selama kurang lebih 6 tahun 3 bulan, dan sah menyandang gelar ST
(Sarjana Teknik) Teknik Sipil. Alhamdulillah, barakallah. Itulah jalan hidup
saya, sekarang saya telah bekerja, dan pekerjaan saya pas dengan bidang ilmu
saya, Alhamdulillahirabbil a’lamin. Karena banyak orang yang bekerja tidak
sesuai bidang ilmunya.
Sekarang saya tak menyesali kenapa saya pintar dan encer
matematika, saya sangat bersyukur kepada ALLAH SWT. Akhirnya saya menjadi
Insinyur bukan? Walaupun sekarang ST. Alhamdulillah barakallah. Cita-cita yang
muncul secara alami, saya ingin jadi Insinyur untuk menolong Nenek, akhinya
lebih kurang 20 tahun kemudian menjadi nyata.
Mungkin, kalau saya tidak bisa menjadi dokter dan meraih gelarnya,
mungkin adik – adik saya atau mungkin anak saya atau bisa saja saya akan
menikahi seorang dokter. Mungkinkah? Wallahu A’lam bissawab. Cukuplah ALLAH
tempat ku mengadu dan meminta.
Demikian sepotong bagian kisah hidup saya, apapun itu jika ada
hikmahnya semoga berkah untuk kita semua. Dan saya rasa anda juga mungkin punya
cerita untuk dibagikan. Demikian, mohon maaf atas khilaf dan salah, Assalamu
alaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Muhammad Akbar Muttaqin, 30 Agustus 2016 12:22 pm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar