Kembali berkisah tentang nya (namanya belum bisa saya sebutkan,
jadi saya beri inisial Aling) suatu ketika, di suatu sore, sepulang dari
kampus. Saat itu ia (aling) sedang mencari oplet (angkot) untuk pulang ke kos.
Namun ternyata sudah tak ada, akhirnya dia berjalan kaki. Saya pulang di
belakangnya, ketika sampai di jalan bina widya ternyata ia masih berjalan di
trotoar. Saya lalu menyapanya, dan kami ngobrol. Saya menawarkan diri untuk
memboncengnya, namun dia menolak dan mengatakan bahwa tak pernah seorangpun
laki-laki pernah memboncenginya, kecuali keluarganya (ayahnya mungkin). Jadi
akhirnya karena tak tega melihat seorang perempuan berjalan sendiri, akhirnya
saya memutuskan untuk mendorong sepeda motor saya dan menemaninya sampai ke
depan gang kos nya.
Saya tak mengerti
kenapa saya mesti, tapi ya seperti itulah kenyataannya. Motor yang baik-baik
saja, saya dorong di sampingnya. Kami beriringan sampai ke depan gang kosnya.
Tak lama mendorong sepeda motor, seorang teman (mahasiswa Teknik mesin) menyapa
saya, “hai Bar, kenapa motornya? Mogok?”. Saya menjawab “tidak apa-apa,
motornya tidak apa-apa”. Teman menjawab “ok Bar!”. Saya dan dia hanya tersenyum.
Lalu saya dan dia terus berjalan sampai pas di depan gang kosnya.
Setelah ia
menyeberang dan tak terlihat lagi dari pandangan saya, barulah saya menunggang
sepeda motor astrea grand saya untuk pulang ke kos. Lumayan lah untuk menambah
keringat di sore hari. Tapi, entah kenapa saya mesti berbuat seperti itu. Tapi
saya senang dan saya bahagia, jika belum ada orang yang mau menjadi teman
dekatnya, biarlah saya yang melakukannya. Apakah saya telah berbuat sesuatu
yang romantis? Cukuplah anda yang menjawabnya.
Sepanjang jalan
itu ada aku, kamu dan sepeda motorku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar